Langsung ke konten utama

Postingan

Pembauran Budaya

Pembauran kebudayaan merupakan proses perkembangan kebudayaan umat manusia mulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hingga semakin lama menjadi semakin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses difusi yaitu proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu pihak kepada pihak lain yang terjadi seiring dengan perpindahan penduduk dari bangsa-bangsa di muka bumi ini. Perubahan dari kebudayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, berpengaruh pada budaya lokal. Hasil dari pembauran budaya juga tercermin dalam makanan tradisional khas Indonesia. Secara umum, pembauran budaya terjadi melalui 2 cara yakni akulturasi dan asimilasi. Akulturasi merupakan suatu perubahan dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan asing yang terjadi ketika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing (luar). Akibatnya, unsur-unsur asing (luar) lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan ...
Postingan terbaru

Faktor Utama Penentu Pola Pangan Keluarga

Pola pangan atau konsumsi makanan dari satu keluarga tentunya berbeda dengan pola pangan keluarga yang lain. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penulis menyimpulkan ada 5 faktor utama yang mempengaruhi pola pangan suatu keluarga 1. Tingkat pendapatan Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan makanan dalam suatu keluarga adalah tingkat penghasilan keluarga. Keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi cenderung memilih makanan yang bergizi dan bervariasi. Awalnya saya berpikir bahwa dengan pendapatan yang tinggi maka suatu keluarga mampu membeli berbagai jenis makanan namun berdasarkan penelitian terhadap beberapa keluarga di Amerika, diperoleh hasil bahwa keluarga dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung memiliki pilihan yang sedikit terhadap makanan yang bergizi. Hal ini disebabkan pilihan makanan bergizi dengan harga yang cenderung lebih mahal relatif sedikit ketimbang makanan cepat saji atau junk food. Sedangkan kelompok keluarga dengan pendapatan yang l...

Preferensi Makanan Masyarakat Status Sosial Ekonomi Menengah Ke Bawah

Preferensi makanan antar kelas sosial ekonomi tentunya berbeda, berikut saya ingin berbagi ulasannya yang saya pelajari dari Jurnal "Understanding the food preferences of people of low socioeconomic status. Journal of Consumer Culture" Penelitian ini berisikan tentang temuan mengenai budaya selera masyarakat ekonomi kelas bawah. Berdasarkan analisis secara sistematis dari narasumber wawancara dengan konsumen beragam, dapat diidentifikasi empat preferensi selera masyarakat sosial-ekonomi kelas bawah yang berbeda-beda, yaitu kelimpahan, corporate brands, makanan etnis yang familiar, dan makanan sehat. Ketiga kategori pertama menunjukkan perbedaan antara selera masyarakat sosial-ekonomi bawah yang tidak ditunjukkan pada data konsumen sosial-ekonomi tinggi. Sementara itu, selera akan makanan sehat memiliki penghargaan tersendiri bagi masyarakat sosial-ekonomi, khususnya bagi masyarakat sosial-ekonomi rendah mengungkapkan bahwa makanan sehat berada di luar jangkauan mereka....

A Bite of China - The Taste of Time

Post kali ini, saya akan membagikan tentang budaya pangan di Asia Timur melalui film dokumenter yang berjudul A Bite of China - The Taste of Time. Dalam dokumenter ini diceritakan bagaimana budaya di suatu daerah dengan kondisi alam dan musim tertentu mempengaruhi pilihan makanan dan cara pengolahannya. Berikut ini ulasan tentang budaya makanan Asia Timur.    Kimchi La Wai Sosis Ikan fermentasi Kesimpulan Berikut ini link dokumenter: https://www.youtube.com/watch?v=p2Jw-qIGqxE

Raw Food Diet

Budaya makanan ternyata bukan hanya mencakup bagaimana budaya di suatu daerah dapat mempengaruhi jenis ataupun kebiasaan makanan yang ada di daerah tersebut. Dalam dokumenter “Raw Food Diet”, kita melihat bagaimana kebiasaan yang non-konvensional bisa menjadi gaya hidup yang akhirnya dipilih sebagian orang. Gaya hidup itu merupakan raw food diet atau pola makan makanan mentah. Mungkin namanya kurang spesifik karena yang dimaksud dengan food di sini hanyalah pangan nabati. Orang-orang dalam video dokumenter ini banyak bercerita tentang kisah hidup mereka, bagaimana mereka memilih mengikuti raw food diet, dan bagaimana dampaknya terhadap diri mereka. Secara garis besar raw food diet ini dibahas dari 3 aspek: Aspek Nutrisi Kita telah banyak mendengar bahwa pengolahan makanan berguna untuk memperpanjang umur simpan pangan, menjaga keamanan pangan, menambah cita rasa pangan, dan berbagai alasan lain. Namun para penganut raw food diet ini percaya bahwa pengolahan ma...

Makanan Tradisional Indonesia: Bagian 3

Lumpia Semarang Lumpia dibuat pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan makanan hasil perpaduan budaya asli Tiong Hoa–Jawa. Makanan asal Semarang ini dibuat oleh sepasang suami istri bernama Tjoa Thay Joe dan Wasih. Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong hoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Wasih, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan yang hampir sama hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang. Mereka menikah dan membuat bisnis baru. Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan sentuhan perubahan yang melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tiong Hoa – Jawa. Isi dari kulit lumpia dirubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumia y...

Makanan Tradisional Indonesia: Bagian 2

Kue Keranjang Kue keranjang berasal dari budaya Tiongkok yang dibawa dan tersebar dalam keturunan etnis Tionghoa di Indonesia yang memiliki nama Mandarin yakni nian gao, “年” ( nian ) berarti tahun, dan “高” ( gao ) berarti tinggi, sehingga nama kue ini memiliki makna peningkatan dalam kemakmuran. Kue keranjang memiliki bahan dasar tepung ketan dan gula sehingga bertekstur kenyal dan lengket. Di zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa tempat masak dalam dapur didiami Dewa Tungku, yang bertugas mengawasi kegiatan dapur setiap hari dan melaporkannya pada Raja Surga. Setiap akhir tahun, tanggal 24 bulan 12 Imlek (atau 6 hari sebelum Imlek), Dewa Tungku akan pulang ke surga untuk melaporkan tugasnya kepada Raja Surga. Jadi, untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbullah gagasan untuk memberikan hidangan yang menyenangkan atau hal-hal yang dapat membuat Dewa Tungku tidak murka, dalam bentuk kue keranjang. Di Indonesia, kue keranjang dibuat dan dijual...